Apakah ‘Kaca Pendingin’ ilmuwan China solusi terkini hadapi perubahan iklim?

waktu baca 2 menit
Ilmuwan China menawarkan metode kaca pendingin untuk melawan perubahan iklim yang semakin memburuk setiap tahun. Foto: tangkap layar NASA/Space.

Sulawesitoday – Ilmuwan China telah menggagas solusi inovatif untuk menghadapi perubahan iklim yang semakin memprihatinkan.

Sebuah tim peneliti telah berhasil mengembangkan metode menggunakan “kaca pendingin” yang dapat membantu meredakan pemanasan global yang terus meningkat.

Lapisan kaca baru ini, yang terdiri dari campuran partikel kaca dan aluminium oksida yang ekonomis, membuktikan kemampuannya dalam memantulkan sinar matahari dengan tingkat refleksi mencapai 99%.

Dalam uji laboratorium, lapisan tersebut menunjukkan potensi untuk menjadi solusi yang efektif dalam menurunkan suhu di seluruh planet.

Menurut para ilmuwan, kunci keberhasilan “kaca pendingin” terletak pada kemampuannya untuk memantulkan kembali radiasi matahari ke luar angkasa, sehingga secara efektif menggunakan ruang sebagai penyerap panas.

Xinpeng Zhao, peneliti di Universitas Maryland yang memimpin studi ini, menyatakan bahwa “kaca pendingin” bukan hanya sebagai inovasi material, tetapi juga sebagai elemen kunci dalam upaya kolektif untuk mengatasi perubahan iklim.

Lapisan kaca ini bukan hanya mempercepat pelepasan panas alami dari permukaan, tetapi juga meningkatkan efisiensi proses tersebut dengan memantulkan sinar matahari melalui jendela transparansi atmosfer.

Hal ini memungkinkan lapisan tersebut menggunakan ruang angkasa sebagai penyerap panas, yang pada gilirannya dapat memberikan efek pendinginan signifikan.

Penelitian ini juga menyoroti potensi “kaca pendingin” untuk mengubah pola hidup, dengan menciptakan cuaca yang lebih sejuk dan mendorong masyarakat untuk mengurangi penggunaan pendingin udara.

Cat berbahan dasar keramik ini, tahan hingga suhu ekstrem sekitar 1.832 derajat Fahrenheit (1.000 derajat Celsius), menunjukkan daya tahan yang mencengangkan terhadap paparan air dan bahkan nyala api.

Profesor Ilmu Material di Universitas California, Los Angeles, Aaswath Raman, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyatakan bahwa strategi ini “jelas merupakan strategi yang menarik dan berpotensi efektif.”

Temuan ini terpublikasi dalam jurnal Science, menandai langkah signifikan dalam upaya global untuk mencari solusi inovatif guna menanggulangi perubahan iklim yang terus memperburuk kondisi bumi.

Baca juga:Benarkah Alquran telah meramalkan penemuan keunikan sidik jari pada abad ke-19 M?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *