Mengapa kumbang paling putih di dunia jadi sumber inspirasi untuk keramik hemat energi?

waktu baca 2 menit
Serangga paling putih di dunia, kumbang Cyphochilus, dapat memantulkan 99,6% cahaya matahari yang mengarah ke tubuhnya. Foto: tangkap layar cosmosmagazine.

Sulawesitoday – Sebuah terobosan menarik muncul dari keajaiban alam, dimana kumbang Cyphochilus, serangga paling putih di dunia, menjadi sumber inspirasi bagi para ilmuwan.

Kumbang yang berasal dari genus Cyphochilus, ditemukan di Asia Tenggara, memiliki kemampuan memantulkan 99,6% cahaya matahari yang mengenai tubuhnya.

Kepiawaian reflektif ini tidak hanya menjadi keistimewaan dalam ekosistem alaminya, tetapi juga mendorong pengembangan keramik hemat energi oleh kalangan ilmuwan.

Dalam upaya memahami fenomena alam yang unik ini, Profesor Zuankai Wang dan timnya dari Departemen Teknik Mesin Universitas Politeknik Hong Kong melakukan studi mendalam.

Melalui pengamatan dengan mikroskop elektron, mereka menemukan bahwa kumbang ini memiliki 15.000 sisik kitin per sentimeter persegi pada kerangka luarnya.

Sisik ini, yang berbentuk tetesan air mata dan tersebar secara acak, membentuk kerangka luar yang sangat berpori, memungkinkan adanya gelembung udara.

Inspirasi dari struktur ini membawa para peneliti untuk menciptakan keramik baru menggunakan alumina, polimer berbasis karbon, dan silikon.

Keramik ini memiliki “struktur berpori hierarkis” dengan pori-pori berukuran berbeda di seluruh bagian, memungkinkan pemantulan hampir seluruh sinar matahari yang mengenainya. Selain itu, struktur ini memberikan sifat pendinginan pasif pada keramik tersebut.

Keunggulan lain dari bahan ini adalah kemampuannya menjadi anti air dan membersihkan permukaannya sendiri. Sifat mekanis yang kuat juga diperoleh berkat struktur hierarkisnya.

Yang tak kalah menarik, bahan ini dapat didaur ulang dengan mudah, dapat digiling menjadi bubuk, dan kembali digunakan hingga 10 kali tanpa mengorbankan performa.

Profesor Wang menekankan potensi besar dalam menerapkan prinsip-prinsip alamiah seperti ini ke dalam aplikasi dunia nyata.

“Alam memberi kita banyak desain rumit, sistem efisien, dan solusi berkelanjutan yang telah berkembang selama jutaan tahun. Semua karakteristik ini membuatnya siap untuk diterapkan di dunia nyata,” ungkapnya.

Penemuan ini membuka peluang baru untuk pengembangan material yang tidak hanya efisien energi, tetapi juga ramah lingkungan.

Dengan terus memanfaatkan keajaiban alam, para ilmuwan berharap dapat menyumbangkan solusi inovatif untuk tantangan keberlanjutan di masa depan.

Baca juga:Pola Sidik Jari bisa ungkap Kepribadianmu: Penasaran?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *