Peran Muhammadiyah dalam Peristiwa 10 November 1945: Jejak perjuangan yang terlupakan

waktu baca 2 menit
Peran Muhammadiyah dalam Peristiwa 10 November 1945Pada peringatan Hari Pahlawan Nasional tanggal 10 November 2023, kita kembali mengenang peristiwa heroik 78 tahun lalu di Surabaya, di mana semangat juang masyarakat Jawa Timur mengusir penjajah mencapai puncaknya.

Peran Muhammadiyah dalam Peristiwa 10 November 1945

Pada peringatan Hari Pahlawan Nasional tanggal 10 November 2023, kita kembali mengenang peristiwa heroik 78 tahun lalu di Surabaya, di mana semangat juang masyarakat Jawa Timur mengusir penjajah mencapai puncaknya.

Namun, di balik narasi umum yang diceritakan dari generasi ke generasi, terdapat jejak perjuangan Muhammadiyah yang seringkali terlupakan.

Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki kontribusi besar dalam peristiwa 10 November 1945. Penelitian mengungkapkan bahwa 20 hari sebelum meletusnya pertempuran, Pengurus Besar Muhammadiyah telah mengeluarkan instruksi untuk shalat hajat demi kemenangan kaum muslimin di Indonesia, khususnya di Jawa Timur.

Instruksi itu menunjukkan bahwa Muhammadiyah tidak tinggal diam, melainkan aktif mendukung semangat juang kader-kadernya.

Dalam sebuah surat kabar Kedaulatan Rakyat, ditemukan bahwa Pimpinan Besar Muhammadiyah meminta seluruh masjid, ranting, dan kader untuk melaksanakan shalat hajat sesudah shalat Isya dengan ajakan penuh semangat: “Merdeka! Merdeka! Allahuakbar!”.

Berita tentang perang 10 November 1945 menyebar hingga ke pelosok Jawa Timur, dan banyak aktivis Muhammadiyah turut serta dalam barisan perjuangan.

Peran Muhammadiyah tidak hanya terbatas pada semangat moral, tetapi juga terwujud dalam tindakan nyata. RS PKU Muhammadiyah menjadi tempat rawat para korban perang.

Santri dari Lamongan dan Gresik, yang memiliki garis perjuangan sejalan dengan Muhammadiyah, turut berperang melawan penjajah.

Dr. Moh. Soewandhie, seorang tokoh dari KNID dan pengurus Muhammadiyah Surabaya, turut serta dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan.

Jejak perjuangan ini mencerminkan komitmen Muhammadiyah dalam mengusir penjajah, sekaligus menghadirkan bukti bahwa peristiwa 10 November 1945 melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk Muhammadiyah.

Namun, sayangnya, peran Muhammadiyah dalam peristiwa tersebut masih buram dalam sejarah nasional. Dr. Kevin W Fogg, sejarawan dari University of North Carolina at Chapel Hill, menemukan sejumlah peran perjuangan Muhammadiyah yang belum terekam dengan baik.

Argumentasi yang muncul menyebutkan bahwa kader-kader Muhammadiyah saat itu tidak terbiasa menyimpan benda yang dianggap “syirik,” dan lebih menekankan keikhlasan dalam berjuang.

Temuan baru ini membuka mata kita terhadap kontribusi besar Muhammadiyah dalam peristiwa 10 November 1945.

Sebagai organisasi yang terorganisir dengan baik, Muhammadiyah tidak hanya menyumbangkan semangat juang, tetapi juga anggota yang ahli dalam berbagai aspek, mulai dari pertahanan hingga logistik.

Sebagai penutup, penting bagi kita untuk tidak melupakan sejarah dan mengakui peran semua elemen masyarakat, termasuk Muhammadiyah, dalam perjuangan merebut kemerdekaan.

Jejak perjuangan ini harus diabadikan untuk menginspirasi generasi selanjutnya dalam menjaga dan menghargai kemerdekaan yang telah diraih dengan begitu besar pengorbanan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *