Ternyata ini sejarah, tokoh, kronologi latar belakang, dampak dan penyelesaian Pemberontakan Republik Maluku Selatan

waktu baca 7 menit
Masuki dunia yang tersembunyi dari Pemberontakan Republik Maluku Selatan dalam artikel kami. Kami akan membahas sejarah, tokoh-tokohnya yang berani, kronologi peristiwa yang tak terlupakan, latar belakang yang mendalam, serta dampak yang meluas dari pemberontakan ini. Temukan bagaimana konflik ini berdampak pada sejarah Indonesia dan apa yang menjadi kunci penyelesaiannya. Jangan lewatkan kisah bersejarah ini yang mencengangkan!

Sejarah tokoh kronologi latar belakang dampak dan penyelesaian Pemberontakan Republik Maluku Selatan

Selamat datang dalam sebuah perjalanan sejarah yang mengungkap lapisan terdalam dari peristiwa bersejarah: Republik Maluku Selatan (RMS). Hari itu, tanggal 25 April 1950, adalah titik awal dari kisah yang penuh gejolak ini, ketika RMS secara resmi diproklamasikan di Kepulauan Maluku.

Pemberontakan RMS, yang menjadi perhatian utama kita, muncul sebagai hasil dari aspirasi yang kuat untuk melepaskan wilayah Maluku dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tokoh utama di balik gerakan ini adalah Soumokil, seorang mantan jaksa agung NIT (Negara Indonesia Timur), yang membayangkan sebuah entitas merdeka di Maluku.

Sejarah RMS juga mencatat peran signifikan dari Gubernur Sembilan Serangkai, sebuah kelompok yang terdiri dari pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger) dan partai Timur Besar, yang melakukan upaya propaganda sebelum proklamasi RMS. Mereka bertujuan memisahkan Maluku dari NKRI. Seiring berjalannya waktu, Soumokil berhasil memobilisasi dukungan dari masyarakat di Maluku Tengah, yang menjadi fondasi bagi gerakan kemerdekaan tersebut.

Namun, dalam atmosfer perjuangan yang memanas, ada pula sekelompok individu yang dengan berani menyatakan dukungan mereka terhadap NKRI. Mereka menghadapi ancaman dan bahkan dipenjara, karena pandangan mereka yang berseberangan dengan visi Soumokil dianggap tidak sejalan.

Tokoh Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

Pemberontakan Republik Maluku Selatan, seperti yang telah diungkapkan melalui sumber resmi di laman munasprok.go.id, merupakan upaya yang digerakkan oleh Soumokil, seorang mantan jaksa agung NIT (Negara Indonesia Timur). Motifnya adalah untuk mencapai kemerdekaan wilayah Maluku, yang menjadi salah satu babak penting dalam perjalanan sejarah Indonesia.

Tanggal 25 April 1950 adalah tonggak awal dalam pencapaian RMS sebagai sebuah entitas merdeka. Beberapa tokoh penting muncul dalam struktur kepemimpinan RMS, dengan J.H Manuhutu menjadi Presiden dan Albert Wairisal sebagai Perdana Menteri. Susunan kabinet RMS juga mencakup tokoh-tokoh berpengaruh seperti Mr.Dr.C.R.S Soumokil, D.j. Gaspersz, J. Toule, S.J.H Norimarna, J.B Pattiradjawane, P.W Lokollo, H.F Pieter, A. Nanlohy, Dr.Th. Pattiradjawane, Ir.J.A. Manusama, dan Z. Pesiwarissa.

Peristiwa penting berikutnya adalah penunjukan Dr.J.P. Nikijuluw sebagai Wakil Presiden RMS untuk daerah luar negeri, yang berkantor di Den Haag, Belanda, pada tanggal 27 April 1950. Namun, perubahan dalam kepemimpinan RMS terjadi cepat, saat Soumokil menggantikan Manuhutu sebagai Presiden pada tanggal 3 Mei 1950.

Pada 9 Mei 1950, terbentuklah Angkatan Perang RMS (APRMS) dengan panglima tertinggi Sersan Mayor KNIL, D.J Samson. Di bawah kepemimpinan Samson, tim staf militer APRMS dipimpin oleh Sersan Mayor Pattiwael, dengan anggota yang berdedikasi seperti Sersan Mayor Kastanja, Sersan Mayor Aipassa, dan Sersan Mayor Pieter.

Kronologi Latar Belakang Pemberontakan RMS

Peristiwa ini memiliki akar dalam situasi politik yang tidak menentu di wilayah Maluku, terutama setelah Konferensi Meja Bundar dan masa peralihan Republik Indonesia Serikat (RIS) yang memicu ketegangan di masyarakat Ambon.

Pemicu dari pemberontakan RMS ini sebenarnya berasal dari perpecahan di kalangan elit Ambon pada masa pemerintahan Negara Indonesia Timur (NIT). Perpecahan ini mempengaruhi masyarakat Ambon hingga terbagi menjadi dua kelompok: kelompok republik yang mendukung nasionalisme Indonesia, dan kelompok federalis atau pro-Belanda yang tergabung dalam organisasi Gabungan Sembilan, yang jelas berpihak kepada kolonialisme Belanda.

Pada tanggal 13 April 1950, Dr. Soumokil mengadakan rapat dengan berbagai pihak di Ambon, sedangkan pada tanggal 23 April 1950, ia menyelenggarakan rapat rahasia di Tulehu. Hasil dari rapat-rapat ini mencetuskan gagasan untuk mendirikan Republik Maluku Selatan. Keputusan untuk memproklamasikan Republik ini ditetapkan oleh pemerintah daerah, dengan Kepala Daerah Maluku Selatan, J. Manuhutu, yang dipaksa hadir dalam rapat rahasia oleh pasukan KNIL.

Pada tanggal 25 April 1950, Republik Maluku Selatan secara resmi diikrarkan, dengan Dr. Soumokil menjabat sebagai Presiden RMS. Menariknya, menjelang proklamasi ini, Soumokil telah berhasil menghimpun pasukan KNIL dan pasukan Baret Hijau yang terlibat dalam pemberontakan Andi Aziz di Ambon. Bahkan, Soumokil sendiri ikut terlibat dalam pemberontakan Andi Aziz sebelum akhirnya melarikan diri ke Maluku dan memindahkan pasukan KNIL dari Makassar ke Ambon.

Perlu dicatat bahwa pemberontakan Andi Aziz dan pemberontakan RMS memiliki kesamaan tujuan, yaitu ketidakpuasan terhadap proses kembalinya RIS ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ini mencerminkan bahwa situasi politik dan perubahan zaman memiliki peran besar dalam mendorong peristiwa-peristiwa sejarah yang signifikan seperti ini.

Kisah RMS mengingatkan kita akan kompleksitas sejarah Indonesia yang kaya, serta peran penting tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa dalam perjalanan sejarah kita. Dengan memahami peristiwa-peristiwa ini, kita dapat menghargai bagaimana perubahan politik dan perjuangan telah membentuk bangsa Indonesia seperti yang kita kenal hari ini.

Dampak Pemberontakan

Dalam melihat peristiwa bersejarah ini, kita harus memahami bahwa pengibaran bendera Benang Raja dan dimulainya pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) memiliki dampak yang sangat signifikan.

Salah satu dampak utama yang harus kita pertimbangkan adalah besarnya korban yang jatuh dari kedua belah pihak selama periode perlawanan ini. Pemberontakan RMS menyebabkan pertempuran dan konflik yang mengakibatkan kerugian manusia yang tak terhitung jumlahnya. Ini adalah pengingat yang mengharukan akan pengorbanan dan penderitaan yang dialami oleh individu dan komunitas selama masa perjuangan ini.

Selain dampak kemanusiaan, peristiwa ini juga menciptakan ketidakstabilan kondisi keamanan dan politik di wilayah Maluku. Migrasi pengungsi ke Belanda, yang dianggap mendukung berdirinya RMS, menjadi salah satu hasil dari konflik ini. Akibatnya, hubungan antar kelompok di wilayah tersebut menjadi tegang dan terkadang bahkan memicu ketegangan yang lebih lanjut.

Selain di Maluku, pergerakan RMS juga menimbulkan dampak di Belanda, di mana beberapa kejadian terorisme oleh anggota RMS tercatat. Ini menyebabkan kekhawatiran keamanan dan ketegangan dalam masyarakat Belanda, yang harus menangani dampak dari peristiwa yang terjadi di wilayah yang jauh dari tanah mereka.

Terakhir, perlu dicatat bahwa hubungan antara Indonesia dan Belanda juga terdampak oleh munculnya pemberontakan RMS. Konflik ini menciptakan dinamika baru dalam hubungan diplomatik antara kedua negara, dengan dampak yang mungkin berlangsung dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Penyelesaian pemberontakan

Pada awalnya, pemerintah pusat berusaha menyelesaikan pemberontakan RMS secara damai dengan mengirim pasukan tim yang dipimpin oleh Dr. Leimena. Namun, upaya damai ini ternyata tidak berhasil, dan pemerintah akhirnya memutuskan untuk menerjunkan pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E. Kawilarang untuk menindaklanjuti pemberontakan tersebut.

Pada tanggal 14 Juli 1950, pasukan ekspedisi APRIS/TNI mendarat di Pulau Laha, Pulau Buru, dengan Korvet Pati Unus yang melindungi mereka. Meskipun mereka menghadapi tantangan besar akibat belum mengenal medan, dengan perjuangan yang gigih, mereka berhasil menduduki Pulau Buru dan merebut pos-pos penting. Setelah Pulau Buru dikuasai, pasukan APRIS melanjutkan pergerakan mereka ke Pulau Seram.

Namun, pergerakan pasukan APRIS di Pulau Seram tidak berjalan mulus dan mengakibatkan banyak korban jiwa. Ini disebabkan oleh fokus pemberontakan RMS yang memusatkan kekuatan mereka di Pulau Seram.

Setelah Pulau Seram dapat dikuasai, pergerakan pasukan APRIS diarahkan ke Ambon, yang merupakan markas pemberontakan RMS. Pada tanggal 3 November 1950, Kota Ambon berhasil dikuasai oleh pasukan APRIS, meskipun dengan pengorbanan besar.

Pasukan APRIS yang bergerak menuju Ambon terbagi menjadi tiga kelompok yang dipimpin oleh Mayor Achmad Wiranatakusuma, Letnan Kolonel Slamet Rijadi, dan Mayor Suryo Subandrio. Dalam pertempuran mendekati benteng Nieuw Victoria, Letnan Kolonel Slamet Rijadi menjadi salah satu korban yang gugur.

Setelah Kota Ambon jatuh ke tangan pemerintah, sisa-sisa pasukan pemberontakan RMS melarikan diri ke hutan dan melanjutkan perjuangan gerilya serta menciptakan kekacauan selama beberapa tahun.

Demikian, dikutip dari Buku Sejarah oleh Nana Supriatna dan buku Sejarah SMP/MTs Kelas IX (KTSP) oleh Dr. Nana Nurliana Soeryono, MA.

Cek juga Sebutkan Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Masuki dunia yang tersembunyi dari Pemberontakan Republik Maluku Selatan dalam artikel kami. Kami akan membahas sejarah, tokoh-tokohnya yang berani, kronologi peristiwa yang tak terlupakan, latar belakang yang mendalam, serta dampak yang meluas dari pemberontakan ini. Temukan bagaimana konflik ini berdampak pada sejarah Indonesia dan apa yang menjadi kunci penyelesaiannya. Jangan lewatkan kisah bersejarah ini yang mencengangkan!
Masuki dunia yang tersembunyi dari Pemberontakan Republik Maluku Selatan dalam artikel kami. Kami akan membahas sejarah, tokoh-tokohnya yang berani, kronologi peristiwa yang tak terlupakan, latar belakang yang mendalam, serta dampak yang meluas dari pemberontakan ini. Temukan bagaimana konflik ini berdampak pada sejarah Indonesia dan apa yang menjadi kunci penyelesaiannya. Jangan lewatkan kisah bersejarah ini yang mencengangkan!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *