Sulawesitoday Portal berita dan artikel menarik: Informasi, Inspirasi dan Sumber Fakta dalam Genggamanmu
6 Kesalahan besar pemicu tragedi dalam perjalanan Gojo Satoru di Jujutsu Kaisen
6 Kesalahan Besar pemicu Tragedi dalam Perjalanan Gojo Satoru di Jujutsu Kaisen
Dalam dunia Jujutsu Kaisen, Gojo Satoru dikenal sebagai penyihir terkuat dan hampir sempurna dalam segala hal. Namun, bahkan sosok sehebat itu pun tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan yang berujung pada tragedi di masa depan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas enam kesalahan besar yang dilakukan oleh Gojo Satoru yang secara tidak langsung memicu peristiwa-peristiwa tragis dalam cerita Jujutsu Kaisen.
- Gagal Melindungi Wadah Tubuh Baru Tengen
Salah satu kesalahan pertama yang pernah dilakukan oleh Gojo Satoru adalah kegagalannya dalam melindungi wadah tubuh baru untuk Tengen. Dalam dunia jujutsu, Tengen adalah seorang penyihir keabadian yang membutuhkan tubuh baru untuk menghindari berubah menjadi arwah kutukan. Namun, Gojo gagal menjalankan tugas tersebut ketika diserang oleh Fushiguro Toji.
Akibatnya, pemburu penyihir ini berhasil menembak mati wadah bintang plasma yang diperlukan oleh Tengen. Kesalahan ini memberi keuntungan kepada Kenjaku untuk memanipulasi Tengen dengan teknik manipulasi roh kutukan yang diperoleh dari tubuh Geto yang telah ia bajak.
- Tidak Mengkremasi Jasad Geto
Geto, seorang sahabat Gojo, kalah dalam pertarungan melawan Yuta dan menderita cacat permanen akibat tembakan dari Rika. Namun, yang seharusnya membunuh Geto adalah Gojo sendiri. Sayangnya, Gojo tidak segera mengkremasi jasad Geto, dan hal ini memungkinkan Kenjaku untuk mendapatkan wadah yang ideal dan bahkan memanfaatkan kemampuan Geto untuk mendapatkan teknik kutukan dari roh lain seperti Mahito.
- Menghancurkan Semua Senjata Anti Kutukan
Gojo pernah bertarung melawan dua pengguna senjata kutukan terkuat, Miguel dan Toji. Tombak Toji bisa menghentikan teknik Gojo, sementara tali hitam Miguel mengganggu aliran kutukan. Gojo merasa terganggu oleh senjata-senjata ini dan memutuskan untuk menghancurkannya. Sayangnya, keputusan ini berdampak buruk saat Gojo tersegel ke dalam Prison Realms. Jika senjata-senjata itu masih ada, mungkin Yuji dan teman-temannya tidak perlu mencari Hana Kurusu.
- Pergi Saat Insiden Janin Terkutuk Terjadi
Gojo absen saat insiden Janin Terkutuk terjadi di pusat rehabilitasi remaja Eishu. Kepergian Gojo memaksa trio siswa tahun pertama untuk melawan ancaman kutukan level spesial tersebut. Sayangnya, mereka tidak mampu memberikan perlawanan yang cukup, dan masalah ini hanya terselesaikan ketika Sukuna bangkit menggantikan Yuji. Namun, keputusan Gojo untuk membiarkan Sukuna mengambil alih tubuh Yuji berujung pada kematian sementara Yuji, yang sangat disesalinya.
- Membiarkan Jogo Lolos
Kebiasaan buruk Gojo adalah terlalu sering bermain-main dalam pertarungan. Ketika diserang oleh Jogo, Gojo seharusnya bisa membunuhnya, tetapi ia memilih untuk memperpanjang pertarungan. Akibatnya, Jogo berhasil lolos, dan ini berkontribusi pada peristiwa tragis di mana Maki dan Nanami mengalami luka parah selama insiden Shibuya.
- Lengah saat Melihat Kenjaku
Dalam dunia jujutsu, Prison Realm adalah segel terkuat yang bisa menyegel segala sesuatu tanpa kecuali. Namun, Kenjaku berhasil memanfaatkan wajah Geto untuk mengalihkan perhatian Gojo saat berada di dekat segel Prison Realm. Akibatnya, Gojo berhasil terjebak dalam segel tersebut dan terkurung. Kejadian ini memberikan kesempatan bagi Kenjaku untuk melaksanakan Culling Game tanpa gangguan dari penyihir terkuat tersebut.
Untuk menghindari tragedi di masa depan, Gojo Satoru harus belajar dari kesalahan-kesalahan besar ini. Kesalahan-kesalahan ini tidak hanya mempengaruhi dirinya sendiri, tetapi juga mengubah jalan cerita Jujutsu Kaisen secara drastis.
Baca juga: Fakta Menarik Gojo Satoru Si Penyihir Kuat Jujutsu Kaisen Season 2
Dalam dunia Jujutsu Kaisen, Gojo Satoru dikenal sebagai penyihir terkuat dan hampir sempurna dalam segala hal. Namun, bahkan sosok sehebat itu pun tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan yang berujung pada tragedi di masa depan.
